Nats : Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat (Roma 3:28)
Bacaan : Roma 3:21-28
Sebuah jajak pendapat yang dilakukan untuk U.S News&World Report menanyakan opini dari 1.000 orang dewasa mengenai siapa yang sekiranya layak masuk surga. Pada urutan teratas, tidak mengejutkan lagi, adalah sosok religius terkenal. Ada pula beberapa selebriti. Namun yang mengejutkan saya, 87 persen responden dari survei tersebut menyatakan bahwa mereka sendiri tampaknya juga layak masuk surga.
Mau tak mau saya menjadi bertanya-tanya, menurut mereka apakah syarat masuk surga sehingga mereka menganggap diri mereka layak untuk masuk surga? Banyak orang memiliki gagasan yang keliru mengenai syarat yang Allah minta.
Seperti apakah yang dimaksud orang saleh itu? Yang dengan murah hati memberikan derma kepada orang miskin? Yang mematuhi kepercayaan ortodoks? Yang ke gereja dan terlibat dalam berbagai aktivitas rohani? Hal-hal itu mungkin layak dipuji, tetapi mereka melupakan satu hal yang terus diminta Allah sebagai syarat untuk masuk surga, yakni komitmen pribadi kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan (Yohanes 1:12; 1 Timotius 2:5). Meskipun iman kepada Yesus akan jelas tercermin dalam perbuatan seseorang (Yakobus 2:14-20), tetapi kemurahan hati ataupun aktivitas rohani tidak dapat menggantikan kepercayaan kita akan pengurbanan Yesus yang telah wafat untuk menebus dosa kita.
Apakah Anda juga merasa yakin dapat masuk surga? Anda dapat masuk surga, hanya jika Anda percaya kepada Yesus Kristus --Vernon Grounds
YESUS MENGGANTIKAN TEMPAT KITA DI KAYU SALIB
UNTUK MEMBERI TEMPAT BAGI KITA DI SURGA
Kamis, 24 Februari 2011
Belas Kasih Sang Hakim
Nats : Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah (1Petrus 3:18)
Bacaan : Roma 5:1-11
Bacaan : Roma 5:1-11
Semasa menjabat sebagai walikota New York City, Fiorello La Guardia kadang kala bertindak sebagai hakim dalam pengadilan malam. Dalam suatu kasus, seorang pria dinyatakan bersalah karena mencuri sekerat roti. Ia mohon ampun karena telah mencuri untuk memberi makan keluarganya yang kelaparan. "Hukum adalah hukum," tegas La Guardia. "Karena itu saya harus mendenda Anda 10 dolar." Ketika pria itu dengan sedih mengaku tak punya uang, sang hakim mengeluarkan 10 dolar dari dompetnya dan membayarkan denda itu. Lalu ia juga meminta agar setiap orang dalam ruang pengadilan itu menyumbang 50 sen untuk membantu pria itu.
Inti dari Injil adalah salib Yesus Kristus. Pesannya sangat jelas sehingga anak kecil pun dapat memahaminya: Yesus mengambil alih tempat saya dan mati menggantikan saya. Namun kebenarannya demikian agung sehingga orang paling bijak pun tak dapat menangkap maknanya secara utuh. Alkitab berkata, "Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah" (1 Petrus 3:18). Alkitab juga berkata: "Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka" (Roma 5:6).
Saat membaca tentang belas kasih hakim di atas, kita dapat melihat gambaran belas kasih Allah yang tak terukur. Tuntutan hukum terpenuhi. Dan hakim itu sendiri yang membayar denda. Orang yang melanggar hukum dibebaskan, bahkan dianugerahi karunia yang sesungguhnya tak layak ia terima. Sungguh suatu gambaran yang indah tentang Juruselamat kita! --Vernon Grounds
Saat Semuanya Tidak Berarti
Nats : Apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus (Filipi 3:7)
Bacaan : Filipi 3:7-14
Bacaan : Filipi 3:7-14
Saat membongkar garasi putra saya, saya menemukan semua trofi yang ia menangkan melalui berbagai macam pertandingan atletik selama bertahun-tahun. Semuanya itu dimasukkan ke dalam sebuah kotak kardus, dan siap untuk dibuang.
Saya mengenang darah, keringat, dan air mata yang mengucur demi mendapatkan semua penghargaan itu. Namun sekarang ia membuangnya. Semuanya itu tidak berharga lagi baginya.
Saya jadi teringat pada sebuah puisi anak-anak yang aneh karangan Shel Silverstein berjudul "Hector si Kolektor". Puisi itu mengisahkan tentang semua benda yang dikoleksi Hector selama bertahun-tahun. Ia "menyayangi benda-benda itu lebih dari berlian yang bersinar, lebih dari emas yang berkilauan". Lalu Hector mengundang semua temannya, "Kemarilah, aku mau membagikan hartaku!" Lalu semua temannya "datang untuk melihatnya, tetapi mereka menyebut barang-barang itu sampah!"
Seperti itulah nantinya akhir hidup kita. Semua milik kita, semua benda yang kita perjuangkan di sepanjang hidup kita, menjadi tidak berarti apa-apa kecuali sampah. Saat itulah kita diyakinkan bahwa harta bukanlah hal yang paling berharga dalam hidup ini.
Mulai saat ini kita akan memiliki cara pandang yang benar, seperti cara pandang Paulus. "Apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus"(Filipi 3:7). Kita harus bersikap wajar terhadap harta milik kita, karena sebenarnya kita telah memiliki harta yang paling bernilai, yaitu pengenalan akan Kristus Yesus Tuhan kita -David Roper
KEKAYAAN TERBESAR KITA ADALAH
KEKAYAAN YANG KITA MILIKI DI DALAM KRISTUS
KEKAYAAN YANG KITA MILIKI DI DALAM KRISTUS
Langganan:
Komentar (Atom)